"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam
kemuliaan, dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan. pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr: 1-5)
Kitab
suci umat Islam yang merupakan wahyu terakhir diturunkan kepada Rasul
Allah terakhir disebut dengan Alquran. Kata ini memiliki 2 arti, yaitu
bacaan (qira’atan wa qur’anan) dan mengumpulkan atau kompilasi (jam’an).
Ia dinamai demikian karena Alquran adalah bacaan mulia yang menghimpun
dan mengkompilasi intisari semua kitab atau wahyu Allah yang sebelumnya
telah diwahyukan kepada para nabi. Lebih dari itu, ia juga menghimpun
seluruh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia. Hal itu disebabkan
karena ia adalah firman Allah yang ilmu-Nya mencakup segala hal yang
berkaitan dengan manusia, dan bahkan di luar jangkauan manusia, karena
ia adalah Sang Pencipta alam semesta.
Alquran menjelaskan bahwa
ia awal mula turun pada bulan Ramadan, dan berfungsi menjadi petunjuk
bagi manusia (Al-Baqarah: 185). Malam turunnya adalah malam kemuliaan
(Al-Qadr:1) yang penuh keberkahan (Ad-Dukhan: 3). Ia adalah bacaan yang
agung (Qaf: 1), lagi mulia (Shad: 1), berbahasa arab yang jelas dan
terang (Fusshilat: 3), mudah diingat dan dipelajari oleh siapa pun yang
hatinya bersih (Al-Qamar: 17), serta banyak berisi petunjuk bagi manusia
namun direspon negatif (kekufuran) oleh banyak orang (Al-Isra’: 89).
Allah
mengabarkan bahwa orang-orang kafir tidak suka mendengar Alquran
dikarenakan ada tabir yang tebal di hati mereka yang menghalangi,
sehingga mereka lari dari hidayahnya.
"Dan apabila kamu
membaca Alquran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, dan
Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka,
agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu
saja dalam Alquran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena
bencinya," (Al-Isra’: 45-46)
Sehingga untuk membacanya dengan
baik, kita dianjurkan untuk melakukan persiapan khusus dengan hati yang
bersih dan memohon perlindungan kepada-Nya dari godaan setan (An-Nahl:
98). Ketika tidak membacanya pun, kita harus menyimaknya dengan
melibatkan seluruh perasaan, indera dan alat pemahaman sehingga terjadi
interaksi, tadabbur, dan pengaruh yang nyata dalam keseharian.
"Dan apabila dibacakan Alquran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Al-A’raf: 204)
Pengaruh Alquran sungguh luar biasa kepada gunung, bumi dan orang yang sudah meninggal.
"Kalau
sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada
Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya
mereka berfikir." (Al-Hasyr: 21);
"Dan sekiranya ada suatu
bacaan (Kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat
digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang
yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al-Quran Itulah dia)
Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah." (Ar-Ra’d: 31).
Jika
demikian hebatnya pengaruh Alquran bagi benda mati yang tak bernyawa
dan tak berakal fikiran, maka Al-Qur’an harus lebih mampu mempengaruhi
kita segenap manusia yang berakal fikiran apalagi yang mengaku beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW.
Sejak semula Alquran
telah dan akan terus memberi pengaruh yang baik, namun tentu saja ada
yang salah dan keliru dengan kita dan media bacaan kita sehingga Alquran
belum memberi pengaruh yang kuat kepada kaum muslimin.
Untuk
itulah Allah perintahkan kita untuk tadabburi Al-Qur’an (Muhammad: 24),
sehingga sampai pada tahap seorang mukmin bertambah iman dan percaya
yang mutlak terhadap firman Allah dan ketetapan-Nya (An-Nisa’: 82), dan
jika kita lakukan proses itu dengan baik dan benar maka Al-Qur’an akan
memberikan pengaruh positif bagi setiap mukmin berupa petunjuk, obat
penawar dan rahmat bagi mereka,
“Sesungguhnya Al-Quran Ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar” (Al-Isra’: 9), "Dan kami turunkan
dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian." (Al-Isra’: 82)
Sehingga siapapun yang
menerapkan konsep Alquran baik inspirasi maupun aspirasi ajarannya,
maka ia akan menjadi bijak sebagaimana sifat Alquran yang banyak
mengandung hikmah (Yunus: 2, Yaasin: 1-2).
Untuk itulah, kita
dilarang untuk memilah-milah ajaran Alquran, dalam pengertian bahwa
seluruhnya harus kita ambil dan jadikan pedoman hidup. Sikap yang utuh
dan tidak parsial merupakan karakter Alquran sendiri, sehingga barang
siapa yang memotong-motongnya maka ia akan mendapat azab dari Allah, Dan
Katakanlah: "Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan". Sebagaimana (Kami Telah memberi peringatan), kami Telah
menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah),
(yaitu) orang-orang yang Telah menjadikan Alquran itu terbagi-bagi." (Al-Hijr: 89-91).
Azab
itu bisa jadi kini berwujud dalam kelemahan dan ketertindasan umat
Islam di hampir semua aspek, karena kita beriman kepada Alquran secara
sepotong-sepotong.
Selain itu, umat juga dilarang untuk
menyia-nyiakan petunjuk Al-Qur’an (Al-Furqon: 30), dan salah satu cara
musuh-musuh Islam adalah kampanye untuk tidak mendengarkan dan mematuhi
ajaran Al-Qur’an, Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu
mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah
hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".
(Fusshilat: 26)
Dari petunjuk ayat itu kita dapat merasakan bahwa
kaum kuffar mengetahui rahasia dan strategi untuk mengalahkan umat
Islam dan menghapus cahaya kebenaran Al-Islam dari peta dunia, yaitu
dengan menjauhkan umat muslim dari konsep-konsep Alquran, maka kita pun
dibuat hiruk pikuk dengan beragam konsep asing dalam menjalankan hidup
seraya tercerabut dari Din Al-Islam yang diridhoi Allah swt, dimana
Al-Qur’an merupakan sentral dari peta jalan menuju kebangkitan yang
hakiki.
Interaksi Salafus Saleh dengan Alquran
Meski
Alquran menyimpan potensi yang maha dahsyat, tetapi mengapa umat ini
belum bisa bangkit dan masih terpuruk di halaman belakang peradaban
dunia saat ini? Padahal, Alquran yang kita pegang saat ini tetap lah
Alquran yang otentik dan final seperti yang pernah dibaca oleh
Rasulullah SAW dan didengarkan para sahabat rz tak ada yang berkurang
sedikitpun dari hakikatnya yang asli.
Yang perlu kita koreksi
adalah: pertama, sikap dan mental kita yang salah dalam mendudukkan
Al-Qur’an dalam kehidupan kita. Dan kedua, adalah jenis interaksi dan
media tilawah kita yang tidak sesuai metode tarbiyah sahabat di bawah
bimbingan Rasulullah.
Marilah kita bercermin kepada generasi
terbaik umat (Salafus Saleh) dalam mengubah 2 hal pokok problem besar
umat Islam dewasa ini. Di bawah ini beberapa petikan pernyataan mereka:
Abdullah ibn Mas’ud RA berkata:
“Sungguh,
dahulu kami kesulitan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an namun amat mudah
bagi kami mengamalkannya. Dan sekarang, generasi setelah kami begitu
mudahnya menghafal Al-Qur’an namun amat sulit bagi mereka
mengamalkannya.” (Dinukil dari Tafsir Al-Qurthubi, vol.1/40)
Abdullah ibn ‘Umar ibn Al-Khattab RA berkata:
“Kami
telah mengalami masa yang panjang dalam perjuangan Islam, dan seorang
dari kami telah ditanamkan keimanan sebelum diajarkan Alquran, sehingga
tatkala satu surah turun kepada Nabi Muhammad saw maka ia langsung
mempelajari dan mengamalkan halal-haram, perintah-larangan dan apa saja
batasan agama yang harus dijaga. Lalu aku melihat banyak orang saat ini
yang diajarkan Al-Qur’an sebelum ditanamkan keimanan dalam dirinya,
sehingga ia mampu membaca Alquran dari awal hingga akhir dan tak
mengerti apa-apa soal perintah dan larangan dan batasan apa saja yang
mesti dipelihara.” (Lihat kitab Ihya' Ulumiddin, vol.1/500)
Al-Hasan Al-Bashri RA berkata:
“Sunguh,
Al-Qur’an ini telah dibaca oleh budak-budak sahaya dan anak kecil yang
tak mengerti apapun penafsirannya. Ketahuilah bahwa mentadabburi ayatnya
tak lain adalah dengan mengikuti segala petunjuknya, tadabbur tak hanya
sekedar menghafal huruf-hurufnya atau memelihara dari tindakan
menyia-nyiakan batasannya. Sehingga ada seorang berkata sungguh aku
telah membaca seluruh Qur’an dan tak ada satu huruf pun yang luput,
sungguh demi Allah orang itu telah menggugurkan seluruh Qur’an karena
Qur’an tidak berbekas dan tidak terlihat pengaruhnya pada akhlak dan
amalnya!” (Dinukil dari kitab Az-Zuhd hlm.274)
Semoga kita semua dapat meneladani salafus saleh dalam mewujudkan peradaban Al-Qur’an yang memuliakan hidup kita dunia-akhirat.
Wallahu A’lam.
*Penulis adalah sekjen MIUMI, detikRamadan
read more...